Laman

Senin, 13 Juni 2016

MAMPIR KE KANTORPOS

Apa yang kita pikirkan jika ingin mengirim dokumen atau barang ? Sebagian besar pasti teringat Kantorpos. BUMN yang sudah berdiri kokoh sejak jaman kolonial Belanda ini memang sudah dikenal ahli dalam pendistribusian dan pengantaran dokumen dan barang hingga ke pelosok tanah air dan ke seluruh penjuru dunia. Boleh dikatakan, Kantorpos adalah perusahaan kurir dan logistik tertua  di Indonesia.

Siang tadi saya mampir ke sebuah Kantorpos untuk suatu urusan. Ternyata mereka tak hanya melayani pengiriman dokumen dan barang saja. Kantorpos yang berada di bawah bendera PT Pos Indonesia (Persero) ini juga terlihat sibuk memberikan pelayanan jasa keuangan seperti pembayaran berbagai macam angsuran kendaraan, angsuran rumah, melayani pembayaran rekening listrik, iuran BPJS, donasi dan sebagainya.  

Yang agak mengejutkan, Kantorpos saat ini juga masih konsisten melayani pengiriman uang melalui layanan weselpos. Weselpos yang saya anggap layanan “jadul” dan sudah lenyap ditelan jaman ini ternyata masih ada. Weselpos yang saya temui di Kantorpos ternyata berbeda dengan apa yang ada di benak saya sebelumnya, karena untuk proses bisnisnya mereka sudah mengusung teknologi untuk mengejar kecepatan. Dari penjelasan seorang rekan, belakangan malah ada inovasi layanan yang memungkinkan pengiriman uang ke rekening bank. 

Jumat, 10 Juni 2016

ULAR DALAM SELOKAN

Pintu Gerbang Orange District Residence
Ini bukan dongeng. Bukan legenda asal-muasal suatu tempat. Atau kisah dalam sebuah cerpen yang akan dilombakan untuk memperingati hari jadi suatu kota. Saya akan cerita tentang kejadian nyata.
Hari Minggu sekitar pukul empat sore kemarin warga kampung di tempat saya tinggal dikejutkan oleh adanya seekor ular raksasa. Ular seukuran paha laki-laki dewasa dan panjang sekitar empat meter itu tiba-tiba muncul di selokan belakang rumah seorang warga.

Si ular dalam keadaan diam. Tapi dari gerakan tubuhnya ketika bernafas menunjukkan dia masih hidup. Kayaknya susah bergerak karena antara tubuh si ular dengan selokan tempat dia berada sungguh tidak seimbang. Maksudnya tubuh ular tersebut terlalu besar untuk ukuran selokan yang sempit itu.

Kerumunan orang tak terkira banyaknya di sekitar selokan tempat ular berada. Tapi tak ada satupun warga yang benar-benar berani mendekat. Antara mereka dengan ular masih ada jarak yang memungkinkan untuk lari bila terjadi sesuatu.

Saya lihat Pak RT berjalan mondar-mandir seperti tokoh kartun kucing menunggu tikus dalam film Mickey Mouse. Lewat HP di tangannya beliau menelepon seseorang. Saya tak tahu apa yang dibicarakannya. Hanya yang terdengar kata-kata “buesar” berkali-kali sambil menunjuk-nunjuk lokasi ular berada seakan-akan orang yang ditelponnya itu melihat.

Minggu, 09 Juni 2013

MELIHAT PALEMBANG

Salah Satu Gambar Pada Kaos Musimania
Awalnya ini rencana perjalanan dinas biasa, bagian dari pekerjaan saya. Karenanya, saya nyaris tidak membuat persiapan. Hanya berencana beli tiket dan membawa perbekalan seperlunya. Datang dijemput, pulang diantar, akomodasi sudah diongkosi Perusahaan. Sesederhana itu. 

Tapi karena istri saya ingin melihat Palembang, urusan jadi lain. Keinginan istri diamini anak-anak. Mereka kompak ingin ikut ke Palembang. Maka perdebatan kecilpun terjadi. Seperti biasa, saya selalu kalah dalam perdebatan seperti ini. “Jangankan dalam kehidupan, didalam berdebatpun aku kalah”, begitu lirik sebuah lagu yang pernah saya dengar. Persekongkolan istri-anak ini membuahkan hasil. Kami berempat sepakat akan pergi ke Palembang. Tentu saja skenario dan persiapan jadi lebih rumit.

Minggu, 21 April 2013

KETIKA AKU AKAN BELI KENDARAAN BARU

Wanita suka belanja. Tak terkecuali istri dan anak-anak saya. Saya pikir kenikmatannya bukan terletak pada barang yang dibeli, tapi mungkin pada sensasi yang ditimbulkan dalam proses belanja itu sendiri. Karenanya, dalam urusan beli-membeli atau belanja, saya selalu melibatkan istri dan anak-anak. Bahkan untuk hal yang sangat penting sekalipun. Merekalah sejatinya pengambil keputusan tertinggi dalam keluarga saya. Misalnya rumah yang sekarang kami tempati saat ini. Yang menentukan kenapa memilih yang ini dan bukan yang lain, sepenuhnya ada di tangan mereka bertiga.  Saya hanya memberi gambaran lokasi, harga dan kemampuan keuangan yang ada. Selebihnya saya menuruti apa yang mereka kata. Rumusnya : asal mereka senang, saya bahagia. Jadi, meskipun rumah kami dari kantor jauhnya tak terkira, saya tetap tidak punya alasan untuk menderita.

Sabtu, 15 Desember 2012

RENOVASI RUMAH (2)

Begitulah. Hasil karya developer ini kami terima apa adanya. Penuh keikhlasan dan suka cita. Sama sekali tidak ada komplain. Tapi sikap “sok baik” saya ini bukanlah tanpa resiko. Resikonya, saya harus membereskan sendiri satu persatu masalah yang ada. Karena tidak ada perencanaan yang matang, proses pemberesan ini ternyata memakan waktu yang cukup lama. Penyebabnya tidak lain adalah keterbatasan dana, he he.

Karena itu, kami memilah-milah mana yang sangat penting mana yang kurang penting, mana yang harus segera mana yang bisa sambil jalan, dan seterusnya. Hasilnya renovasi rumah kami lakukan dalam tiga tahap, masing-masing dengan alasan tersendiri :  
Tahap 1, renovasi karena keterpaksaan
Tahap 2, renovasi karena kebutuhan
Tahap 3, renovasi karena kecelakaan

Renovasi karena keterpaksaan wajib hukumnya. Sebab bila tidak dilakukan, rumah tidak mungkin bisa ditempati. Ada tiga kegiatan utama pada tahap ini. Pertama, menggali sumur artesis baru. Sumur yang lama, standar developer, tidak memenuhi syarat untuk dapat air bersih karena faktor kedalaman. Kalaupun dilakukan pendalaman, posisinya tidak tepat. Jadi kami putuskan membuat baru. Alhamdulillah kami temukan ahli pengeboran terbaik di seantero Bandung. Kami selesaikan pembuatan sumur baru ini dalam waktu empat hari. Airnya jernih.

Rabu, 12 Desember 2012

RENOVASI RUMAH (1)

Rumah yang masih asli (belum renovasi)
Sebetulnya penggunaan kata "renovasi" pada tulisan ini kurang tepat. Karena yang saya ceritakan di sini bukanlah renovasi dalam pengertian perombakan besar-besaran tapi hanyalah perbaikan kecil-kecilan dengan biaya yang tidak seberapa. Hanya untuk tujuan kepraktisan dan kemudahan komunikasi mohon ijin saya menggunakan kata "renovasi".

Sejak awal sudah kami sadari. Rumah in belum benar-benar siap huni. Saya lebih suka menyebutnya "rumah dengan penghuni siap” he he. Artinya si penghuni harus siap apa saja. Termasuk siap untuk merenovasi. Hanya dengan renovasi, rumah ini dapat berfungsi optimal sebagai tempat tinggal. Tapi keputusan membeli rumah tetaplah  jauh lebih baik dibanding alternatif lain, seperti tinggal di rumah mertua misalnya. Dengan modal finansial yang ada saat itu, inilah pilihan terbaik yang bisa kami peroleh. Jadilah kami memiliki rumah sederhana yang siap renovasi di pinggiran Bandung.

Pada saat transaksi jual-beli, rumah ini belum jadi. Masih berupa tanah kavling. Tidak masalah. Justru kami senang, karena kondisi seperti itu memungkinkan kami bisa mengikuti proses dari awal. Meski baru berupa sepetak tanah, daya tariknya sungguh luar biasa. Beberapa kali kami menengok tanah kavling itu. Kadang sendiri kadang bersama keluarga.

Daya tariknya semakin menjadi-jadi, ketika pondasi mulai dibuat. Kamipun semakin sering bertandang. Bahkan terkadang lupa waktu. Hingga pernah kami datang malam-malam. Hanya untuk membayangkan bagaimana rasanya tinggal di sini pada malam hari. Maka tatkala pekerjaan hampir selesai, hati ini deg-degan dibuatnya. Seperti menanti kelahiran anak pertama. Tegang. Tapi juga senang.

ISTRI SAKIT PINGGANG

Sore itu, sekitar pukul delapan, adalah awal sebuah peristiwa. Istriku mengangkat barang yang dia kira ringan. Padahal sejatinya berat. Perlu dua orang dewasa untuk memindahkannya saja. Maka yang terjadi, terjadilah. ‘Gedubrak!!’. Dia jatuh terpelanting dan meraung kesakitan. Sambil memegangi pinggangnya, dia berusaha bangkit. Terhuyung-huyung. Aku dan anak-anak yang sedang nonton TV segera menolongnya. Kami mengangkatnya ke tempat tidur.

Aku berusaha membantu meredakan rasa sakit pinggangnya. Aku olesi dengan counterpain. Sebentar aku pijit pelan-pelan.
“Aku bukan ahli di bidang ini, takut salah pijit, nanti malah bahaya”, kataku.
Dia mengangguk paham.
Kutawari periksa ke dokter atau rumah sakit, dia menggelengkan kepala.
“Gak usah, besok saja kita lihat. Ini sudah agak mending”, katanya setelah mendapat “terapi” oles-pijit dariku.
Tak berapa lama, hanya kesunyian yang menyelimuti kami. Istriku tertidur pulas.

Selasa, 11 Desember 2012

HANYA UNTUK BERSENANG-SENANG

“Pagi-pagi sudah di depan komputer, ngetak-ngetik, apa ini menghasilkan uang, Pak ?“ tanya istriku tadi pagi. Dia bertanya dengan nada seolah-olah baru melihatnya kali ini. Padahal dia sudah tahu, kebiasaanku ini sudah lama. Selama kami mengarungi rumah tangga.  Sungguh ini pertanyaan yang tak kuduga. Aku terkejut. Hatiku mendidih bercampur sedih mendengar pertanyaan yang menohok itu. Bukan soal pertanyaannya, tapi soal dari siapa pertanyaan itu datang. Kalau dari orang lain mungkin tidak seberapa. Tapi ini datang dari istriku. Dari orang yang kukenal sangat menjaga perasaanku. Jika saja tidak ingat bahwa dia sering memujiku sebagai suami yang baik dan penyabar, mungkin aku sudah kehilangan kendali.  Menyandang predikat “baik dan penyabar” ternyata sebuah beban berat, karena dengan begitu aku tidak bisa meluapkan kemarahan kepadanya.

Selasa, 27 November 2012

HOTEL-HOTEL DI JALAN DAGEN, MALIOBORO JOGJA

PETA LOKASI JALAN DAGEN
Dari Semarang, Joglosemar mengantarkan saya sampai di Jogja. Saya turun di Tugu. Hari mulai gelap ketika saya menginjakkan kaki di kota gudeg ini. Kontan saya menuju Hotel Permata dengan becak. Tidak ada pertimbangan khusus kenapa saya memutuskan bermalam di penginapan itu. Satu-satunya alasan, karena di tempat itulah saya bersama teman-teman pernah menginap. Mata mengantuk berat dan badan mulai lelah (ini adalah hari kedelapan perjalanan saya) menyebabkan saya malas berpikir mencari penginapan lain.

Rabu, 24 Oktober 2012

BERMALAM DI BLAMBANGAN

PETA LOKASI HOTEL BLAMBANGAN
Setelah menempuh perjalanan selama hampir sepuluh jam dari Nganjuk, akhirnya saya tiba di Semarang. Segera saya putar otak mencari tempat menginap. Sebetulnya kawan saya di kota ini lumayan banyak. Kalau saja saya mau, tinggal nelpon salah satu dari mereka, pastilah dia datang menjemput dan “memaksa” saya tidur di rumahnya. Tapi saya merasa tidak enak, sudah terlalu malam untuk sebuah kunjungan. Ini semua gara-gara bis yang saya tumpangi mogok di tengah jalan.

Jumat, 12 Oktober 2012

RESTORAN MINYAK TANAH

Kejadian ini berawal ketika istri saya mudik ke kampung halaman. Sifat ketergantungan saya kepada istri selama ini memang sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan. Saya benar-benar tidak mandiri, baik dalam hal mengurus rumah maupun dalam hal-hal yang sangat sepele, misalnya menyiapkan makan sehari-hari. Pekerjaan seperti itu bagi saya rasanya sangat berat dan membosankan.

Kamis, 04 Oktober 2012

SEJARAH KANTOR POS DI INDONESIA

Kantorpos di Batavia 1880. (KITLV  Leiden)
Dua hari lalu saya diminta menyiapkan materi tentang sejarah kantor pos di Indonesia. Tentu saja saya agak "kelimpungan". Pasalnya, saya ternasuk orang yang kurang menyukai pelajaran sejarah ketika sekolah dulu. Tapi ya apa boleh bikin, materi harus segera disiapkan. Setelah mencari bahan kesana-kemari akhirnya saya selesaikan juga tugas tersebut. Berikut ini ringkasan sejarah kantor pos di Indonesia yang bahannya saya kutip dari berbagai sumber terpercaya :


Kamis, 21 Juni 2012

AGAR KIRIMAN PAKET ANDA TIDAK BERMASALAH

Hari Senin kemarin saya ditelpon ayah mertua, beliau akan mengirim paket untuk kami sekeluarga. Paket berisi berbagai jenis barang, mulai dari peralatan sepeda hingga buah-buahan, sudah dikemas dalam beberapa koli. 

Pastinya saya gembira, namun dibalik kegembiraan itu terbersit kekhawatiran terhadap keamanan kiriman, terutama untuk barang-barang yang mudah pecah/rusak. Pengalaman buruk kami beberapa tahun silam saat menerima paket menghantui pikirian kami : paket yang saat dikirim berbentuk kotak kardus yang rapi ternyata kami terima dalam bentuk bola dunia dan dalam kondisi hancur. Karenanya tadi pagi saya telpon balik ayah mertua dan terpaksa “menasehati”nya tentang urusan paket-memaket. Kontan saja paket-paket yang sudah siap kirim itu dibongkar lagi dan dikemas ulang sesuai dengan “nasehat” saya.

Jumat, 28 Agustus 2009

"BILA HENDAK SHALAT, HP HARAP DIMATIKAN"

Di dalam masjid tempat saya bekerja tertulis anjuran seperti tersebut pada judul di atas. Jelas anjuran itu pasti akibat dari banyaknya pemilik HP yang lupa mematikan ketika hendak shalat. Maka di tengah orang-orang yang berusaha khusuk dalam shalatnya, aneka ringtone meraung-raung bersahutan. Mulai dari alunan musik hingga suara-suara lucu yang membangkitkan gelak tawa.