Laman

Kamis, 16 Juli 2009

MUTIARA DARI KENDARI

Sepuluh tahun yang lalu, saya dikirimi sebungkus mutiara oleh seorang kawan yang saat itu bertugas di Kendari. Benar-benar mutiara asli. Benda seperti butir kelereng putih mulus yang saya terima itu meski hanya sebungkus ternyata isinya cukup banyak. Hanya saja masih “mentah”, maksudnya belum disentuh rekayasa. Sebetulnya dengan usaha sedikit saja benda-benda ini bisa dibuat kalung, cincin, anting-anting dan beraneka perhiasan lainnya. Saya tak tahu pasti apakah benda-benda yang saya terima itu identik dengan apa yang disebut dalam buku-buku sejarah sebagai manik-manik. Atau mungkin “ratna mutu manikam” (bahkan kalimat terakhir ini saya tak paham persis artinya).

Jenis-jenis mutiara yang ada di tanah air kita bermacam-macam. Konon, mutiara yang saya terima ini termasuk mutiara nomor wahid. Kualitas terbaik. Tapi, ya, apa artinya seorang petani dihadiahi laptop ? Tentu maksud saya bukan petani berdasi tapi petani yang punya lahan sempit atau malah tidak punya garapan sendiri. Tentu juga bukan bermaksud merendahkan para petani seperti mereka, karena bagi saya mereka adalah termasuk orang-orang yang paling berjasa dalam kemanusiaan.

Butiran-butiran benda keramat itu sampai sekarang masih dalam bungkusnya semula. Saya simpan di rumah. Saya tak tahu (lebih tepatnya enggan) harus berbuat apa dengannya. Bukan berarti barang itu tak berguna bagi saya. Ini hanya soal timing saja. Mungkin suatu hari nanti, pada waktunya, saat itulah ia akan menemukan jati diri alias manfaat yang sesungguhnya bagi saya, atau bagi orang terdekat saya. Apalagi, namanya juga hadiah, tentu tidak saya lihat barangnya semata tapi nilainya dan juga ketulusannya, Terima kasih Kawan !

0 comments:

Posting Komentar