Laman

Rabu, 22 Juli 2009

ADA TIKUS DI RUMAHKU

Sebetulnya judul di atas kurang tepat. Karena yang disebut “rumahku” sejatinya bukan rumah saya pribadi, melainkan rumah milik seorang kawan yang saya kontrak. Rumah saya pribadi ada di kota lain yang ditempati kawan saya yang lain. Beginilah resiko pekerjaan saya yang sering berpindah-pindah tempat. Tetapi kalau memakai judul “Ada Tikus di Rumah Kontrakanku” rasanya juga kurang enak. Maka saya putuskan tetap menggunakan judul seperti tersebut di atas. Mudah-mudahan si empunya rumah tidak keberatan.

Pada mulanya kami sekeluarga menganggap wajar kehadiran tikus-tikus itu. Tidak aneh sebuah rumah ada tikusnya, meski dalam kontrak yang saya buat dengan si pemilik rumah tidak menyebutkan keterangan “rumah lengkap dengan tikus-tikusnya”. Tidak apa-apalah hidup berdampingan secara damai dengan tikus. Toh tetangga kiri kanan pasti juga begitu. Bahkan pernah saya bilang, “rumah yang tidak ada tikusnya ibarat langit tiada berbintang.” Istri saya tertawa nyengir mendengarnya.

Kebaikan kami ternyata disalahgunakan. Tikus-tikus ini mulai berulah. Kabel telpon dimakannya, sebagian lagi dipotong-potongnya. Sejauh ini masih kami ma’afkan, mungkin ukuran kabelnya terlalu kecil, maka saya menggantinya dengan ukuran yang lebih besar. Tapi dasar binatang sialan, dikasih hati minta jantung. Tikus-tikus itu mulai berani mengacak-acak komputer saya, masuk ke dalam CPU, membuat kerusakan hebat di dalamnya dan lebih gila lagi meninggalkan kotoran di mana-mana. Tidak puas sampai disitu, tikus-tikus celaka itu seenaknya melumatkan buku-buku kesayangan saya. Buku-buku ini saya beli dengan susah payah, dan tindakan brutal ini sekaligus memupuskan cita-cita saya untuk memiliki perpustakaan pribadi dalam waktu dekat. Pendek kata, tikus-tikus ini sudah menteror kami dan itu harus dihentikan.

Dalam rapat terbatas bidang pertikusan, pembantu saya mengusulkan agar tikus-tikus itu diracun saja. Ini ide bagus, tapi kami berpikir tikus-tikus itu tidak langsung mati seketika saat makan racun. Mereka masih punya waktu beberapa saat, sehingga kemungkinan mereka bisa mati di suatu tempat yang sulit diketahui dengan menyisakan bau tak sedap yang menebar kemana-mana. Istri saya mengusulkan untuk beli perangkap, tapi saya punya pengalaman sebelumnya bahwa tikus jaman sekarang ini cerdas-cerdas. Mereka tidak bisa dikelabui hanya dengan makanan dalam perangkap.

Saat situasi hampir deadlock, tiba-tiba saya teringat pengalaman seorang kawan kantor yang berhasil mengusir tikus-tikus rumah dengan kamfer alias kapur barus. Tanpa menunggu waktu lagi saya beli dan saya tabur butiran-butiran kapur barus itu di sudut-sudut ruangan. Upaya ini berhasil, dan kami sekarang tinggal di rumah bebas tikus ! Tetapi apakah aroma bahan kimia bernama kapur barus yang begitu menyeruak itu tidak berbahaya bagi kesehatan manusia ? Saya tidak tahu.

0 comments:

Posting Komentar