Laman

Selasa, 04 Agustus 2009

TERJEBAK DI KAMAR HOTEL

Gara-gara kasus Prita, saya jadi tidak berani terus terang. Ini semata-mata untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak bermutu seperti dialami Mbak Prita. Berurusan dengan aparat karena dilaporkan mencemarkan nama baik. Karenanya, nama dan tempat peristiwa saya rahasiakan. Padahal yang saya ceritakan kali ini hanyalah sebuah fakta belaka.

Cerita bermula ketika saya mendapat tugas presentasi di luar kota. Meski ini bukan hal baru, saya tetap merasa perlu melakukan persiapan. Baik itu software berupa materi presentasi, maupun hardware seperti perangkat Laptop dan LCD Infocus. Saya juga siapkan beberapa potong pakaian secukupnya. Dengan barang bawaan seperti ini saya lebih mirip penjual obat penumbuh kumis di kawasan Simpang Lima daripada presenter suatu perusahaan milik negara.

Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam tibalah saya di kota tujuan. Ini sebetulnya kota kecil. Tapi lokasinya yang strategis membuat hotel dan penginapan di sini seperti cendawan di musim penghujan. Berjamuran dimana-mana.

Panitia telah menyiapkan hotel untuk saya. Hotel terbaik di kota ini. Maka saya memasuki hotel dengan penuh rasa syukur. Kamar yang dipesankan untuk saya ternyata kelas nomer satu di hotel itu. Fasilitasnya paling lengkap. View-nya juga sangat bagus. Tiga perempat pandangan dari dalam hotel adalah alam luar. Pegunungan nan indah dipadu dengan hamparan sawah yang luas hingga ke batas cakrawala. Masuk di kamar ini serasa berada di kokpit helikopter capung berdinding kaca tembus pandang.

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul enam pagi. Acara dinas nanti dimulai jam sembilan. "Ah, masih ada waktu untuk menikmati keindahan alam dari dalam kamar", pikir saya. Maka saya menarik-narik korden yang terbuka itu agar menjadi lebih terbuka lagi. Saya matikan pendingin kamar. Saya buka jendela, dan angin sepoi tiba-tiba saja menyapa saya. Seolah teman lama yang baru bertemu setelah sekian lama ditikam jaman. Saya menyaksikan matahari mulai agak naik. Saya biarkan bola api raksasa itu menjilat-jilati muka saya sepuasnya. Saya menikmati suasana ini. Sukma saya mengapung di awan. Jiwa saya mekar, berpendaran kemana-mana.

Hah pukul 08.30 !! Bergegas saya lucuti seluruh kain yang menempel di tubuh saya. (bersambung)

0 comments:

Posting Komentar